6 Sep 2010

Rendezvouz

Dia membukakan pintu mobil  untukku. Like he always did before.
Dia mencium keningku, hangat.
"Lama ya?"
Aku menggeleng dan tersenyum, memberikannya pelukan paling hangat. mencium aroma tubuhnya yang selalu kurindu.
Apa ini? hmm, gabungan antara wangi musk dan aftershave favoritnya. 

Aku manatap dashboard mobilnya. Tidak ada deretan CD. 
Aneh. Dia kan suka musik. 
Dia mengangsurkan flash disk.
"Disitu semua"
Aku mengangguk, mengutak ngatik gadget yang terpasang di stereo mobil itu. Mencolokkan flashdisk berisi ratusan lagu.
Tak berapa lama, musik mengalun.
Only Heaven Knows dari Rick Price membelah kesenyapan.

Aku menghela nafas, membetulkan anak anak rambut yang berantakan di keningku.
Memainkan gantungan manik manik bertuliskan lafaz tuhan yang tergantung di mobilnya. 
Lalu menatapnya yang duduk di balik setir.

"Kamu mau ngomong apa?"
Dia terdiam. Menatapku lama.
"Bukannya kamu yang mau ngomong?"
Aku tersenyum.
Lalu diam dan memeluknya. Lama.
"I miss you."
Dia tersenyum. Sebelah tangannya mengelus kepalaku, sementara yang lain sibuk memegang kemudi.
"I miss you too. I really do."

“We should stop seeing each other.”
Aku membuka percakapan.
Dia menatapku, heran.
“Inikah tujuanmu mengajakku bertemu?”
Aku mengangguk.
Dia terdiam. Mobil kami mengerem mendadak. Dia menundukkan kepalanya di balik kemudi.
Aku tahu dia lelah. Aku tahu dia menangis.
Aku memeluknya lagi.
“This would be the last.”
Aku berbisik di telinganya.

Aku mematikan stereo mobilnya. Dia menatapku.
Kami berciuman. Lama. Manis rindu. Getir perpisahan. Asin airmata.
Aku turun dari mobil.
Dia masih terus memanggil namaku.
Aku meneruskan langkah meskipun hatiku sakit dan meminta kembali.
Buat apa? Minggu depan dia akan menikah dengan wanita itu.


 Maybe my love will come back some day, only heaven knows....










3 komentar: