2 Sep 2010

Keluarga Hebatku

Keluargaku, keluarga Hendrawan sangat terpandang di kota ini. Kami dikenal dermawan meski bergelimang harta. Kata tetangga sekitar, kehidupan keluarga kami cukup sukses. Alicia, kakak pertamaku, seorang dokter saraf ternama dan memiliki 2 anak yang lucu-lucu. Robie, kakak laki-lakiku memilih jadi pembalap. Tak heran jika laki-laki  24 tahun itu jarang pulang ke rumah. Sedangkan aku, anak keluarga ini dan menjadi satu-satunya anggota keluarga yang sangat pendiam, bahkan jarang sekali keluar dari kamar.

Beres! aku meletakkan lipstik di meja riasku.
Aku senang berdandan, karena itu meja riasku penuh dengan berbagai macam kosmetik, parfum juga aksesoris cantik. Aku mengambil sisir, lalu mulai kubelai rambutku pelan. Perfect!

Hhhhh... aku kehilangan stocking wool abu-abuku.
Terpaksa harus membongkar lemari kecil tempat aku menyimpan semua koleksi stocking dan legging.
Astaga! Tak sengaja aku menemukan boneka panda kecil merah muda di antara tumpukan itu.
Mataku mulai luluh, nyaris air mata itu menetes. Peristiwa 15 tahun silam mulai berputar kembali. Ibu yang memberinya untukku, dan tanpa kami sadari ayah melihatnya. Dengan serta merta ibu dihujani tamparan oleh ayah. Aku tak mengerti apa maksud ayah menampar ibu. Apakah salah jika ibu memberiku boneka?
Ah sudahlah, lebih baik kusimpan saja boneka itu lagi. Karena hanya membuatku semakin rindu ibu. Lama sekali aku tak mengunjungi makamnya.

Hapeku berbunyi. Owh, Satya BBM aku, dia sudah ada di bawah menungguku.
Senyumku langsung mengembang. Segera aku selesaikan acara poles memoles badanku.
Kusambar sepatu Gucci yang baru saja dibelikan Satya kemarin. Aku ingin memakainya untuk menyenangkan hatinya.

Aku mulai melangkah menuruni tangga rumahku, pelan-pelan... kucoba berjinjit supaya tak bersuara.
aaaaaaaahhh....  tiba-tiba suara itu membuat langkahku terhenti.

"Mau kemana lagi kamu?" ayah mendekatiku dengan kening mengkerut.

Aku menunduk karena takut. Tak kusangka ayah ada di rumah.
Biasanya dia sibuk menghabiskan waktunya dengan teman-teman bisnisnya.

"Mulutmu tidak bisa digerakkan atau bagaimana? Ayah tanya dan kamu harus jawab!" suaranya semakin keras.

Bibirku gemetar, "jalan-jalan, ayah".

"Dengan dandanan begini?! Kamu mau mempermalukan ayah?".

Plaaakkkk!!! Pipiku sakit, air mataku jatuh. Ayah menamparku lagi. Ia mengoyak pakaianku. Ya Tuhan, tolong aku.

Tuhan benar-benar mendengar doaku. Ia mengirimkan malaikat penyelamatku.
Mbok Ina, perempuan yang mengasuhku sejak umur 3 tahun. Ia berikan seluruh kasih sayangnya padaku selepas ibu pergi.
Kali ini ia langsung merangsek dan menuntunku ke belakang dengan tangan rentanya.
Ayahku hanya bisa menatap tajam, tanpa punya keberanian untuk merebut tubuhku dari pelukan wanita itu.

Mbok Ina mengusap rambutku, aku menangis kencang di pelukannya.

"Jangan marah sama ayah ya, dia hanya ingin kamu jadi kebanggaannya, karena kamu satu-satunya yang ayah harapkan bisa menganggat derajatnya," ucapnya kalem.

Keluarga ini tak sehebat yang tetangga lihat. Alicia dua kali hamil tanpa suami, Robie kini jadi buron karena narkoba, dan aku... Erick, memilih hidup dengan payudara implan dan mengganti penis itu menjadi vagina.
(xocolatl)

6 komentar:

  1. Busyeeeeeet.......tiba'e.
    Erik, ouw my. Bukan Erik yg saya kenal itu,bukan?

    --Notxa--

    BalasHapus
  2. potret keluarga yang cerah di depan, tapi cukup mengoyak di belakang.. :D

    BalasHapus
  3. akakakkaka.. aduhh kerennn kerennn !!! duh ga nyangkaa.. jangan2 ini kamu mbakk hohohoho

    BalasHapus