3 Sep 2010

Makhluk Menawan Di Balik Jendela

Pagi ini dingin sekali. Masih agak bingung dengan cuaca di kota ini. Ya, aku termasuk yang baru disini. Kemarin aku sampai di tempat ini. Kucoba menggerak-gerakkan badanku agar menjadi hangat.

...sampai akhirnya aku sampai di sudut ini. Sudut yang indah sekali.. Dimana aku melihat makhluk yang sungguh menawan di balik jendela itu.. Terlihat cantik walaupun bangun tidur. Siapakah dia? Belum habis aku melihatnya, dia telah hilang dari jendela itu. Sempat aku berucap dalam hati, "Tuhan, pelit sekali Engkau hari ini.."

Malam berganti pagi, tetap dengan pagi yang dingin. Kali ini aku mencoba sekali lagi peruntunganku. Semoga aku bisa melihatnya lagi. Semoga Tuhan hari ini baik kepadaku. Dan, sepertinya Tuhan merasa bersalah kepadaku karena ke-pelit-anNya kemarin. Hari ini, aku bisa melihatnya lagi. Horee! Sungguh indah, dia sedang tersenyum-senyum di balik jendela itu. Menakjubkan.. Kali ini aku bisa melihatnya lebih lama.. Syukur kepadaMu Tuhan, walaupun akhirnya dia menghilang lagi dari jendela itu.

Bulan hilang berganti matahari. Kali ini aku telah siap di depan jendela makhluk Tuhan yang menawan itu. Kali ini aku melihatnya menangis.. Tunggu, dia tersenyum, tapi menangis.. Tapi air matanya mengalir. Apa dia sedang bermain-main dengan perasaannya? Tangisan, senyuman, menangis karena tersenyum.. Aneh sekali? Tapi, wah..Eh, sejak kapan dia mendekat? Makhluk menawan itu tiba-tiba sudah ada di depanku ketika aku sedang berpikir. Tapi, kenapa aku malah kabur? Ah, bodoh sekali! Kucoba kembali untuk melihatnya, tapi dia telah hilang. Kali ini aku tidak mengutuk Tuhan, tapi mengutuk diriku sendiri... Bodoh! Bodoh! Bodoh! sekali lagi Bodoh!!!

Hari berganti hari, dia terlihat semakin ceria. Tangisan aneh yang dulu kulihat telah lenyap. Yang ada hanyalah senyum ceria yang terus mengembang tiap pagi, setiap aku melihatnya. Dan aku tetap saja dengan kebiasaan jelekku, kabur ketika dia mendekat. Pengecut, pengecut yang awet, menjadi cacat di tubuhku.

Hingga pada akhirnya, pemandangan indah itu hilang.. Hilang setelah suatu hari ada keramaian di rumah itu. Sangat ramai, dan aku harus bersembunyi sepanjang hari tanpa bisa melihat makhluk menawan itu.

Musim telah berganti, dan aku masih tetap menunggu makhluk menawan itu untuk muncul kembali untuk menghiasi jendela. Dia tidak pernah muncul, tapi aku tidak pernah bosan menunggunya. Hingga suatu hari, keyakinanku terjawab. Dia muncul kembali di jendela itu, terlihat lebih dewasa, namun tetap menawan. Dan, apa itu? Dia membawa sesuatu di pelukannya. Sesuatu yang juga menawan, hanya saja, dia berukuran lebih kecil. Dua makhluk menawan. Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Tuhan empat kali..

..dan lagi-lagi aku harus kabur bersembunyi karena para makhluk menawan itu mendekat. Tuhan, kenapa sih dengan tubuhku? Jelek sekali.. Selalu saja berinsiatif untuk lari sembunyi ketika makhluk menawan itu mendekat. Dan, lagi-lagi, dia telah menghilang ketika aku mengintip keluar..

Bulan kembali berganti matahari. Aku sudah berada di sudut ini untuk menyambut makhluk menawan (dan semoga dia membawa makhluk kecil yang menawan itu), tapi mereka tidak muncul menghiasi jendela itu. Esoknya, lusanya, tujuh kali bulan berganti matahari berikutnya, 30 kali-nya, kutunggu dan jendela itu terlihat sepi. Ah.. Sepertinya dua makhluk menawan itu hanya muncul hari itu saja.

Kukembangkan siripku, kuhisap oksigen dalam-dalam dengan insangku, berenang mengitari kolam bersama teman-temanku sambil berkata dalam hati, semoga lain kali Tuhan baik kepadaku dan makhluk itu kembali menghiasi jendela rumahnya..


*untuk ikan-ikan koi di rumah Renotxa, terima kasih sudah memberikan inspirasi di saat kepepet.*

3 komentar:

  1. :)) :)) kucingnya kok ga diitung ya

    BalasHapus
  2. kucing'e kan ndek omahe sampeyan kabeh mbak, besok2 saya bikin cerita dari sudut pandang kucing'e sampeyan..

    BalasHapus
  3. Sebegitune mas bayu iki.... Notxa

    BalasHapus